Berburu kita pada pembangunan ragawi
Lalu pongah bercerita pada sang entah
Tentang tiang-tiang yang selamanya kita perih
mengerti
Padahal, jiwa masih lebam tersekap
Pada corak kotak-kotak berwarna
Yang pelit kita uraikan
Berburu kita pada kesejahteraan
Sementara tangan-tangan gratil
Membuka ruang Leviathan tamak berkeliaran
Leviatan itu sedang berdansa
Bersama algojo-algojonya yang asing
Bertelanjang di seantero nusa
Lahan lapang tak lagi beraroma asing
Kencing mereka serak bertaburan
Mengarus di atas tanah dan air
Seorang petani bertanya:
Mengapa ladangku bau pesing?
aku tak suka bau ini
seorang tim sukses melotot:
jangan bersungut, pak!
Jika padi-padi ini menjadi tembaga, pemimpin
kami pasti membayarmu
Ah, kau pemimpin. Kau penguasa
Lalu untuk siapa kau berkhotbah
Tentang kedaulatan, karakter, nasionalisme?
Terlalu panjang bicaramu di atas kakimu yang
pincang
Kami tak dengar khotbahmu berliur pesing
Kami tak butuh kata tambunmu
Yang tak mampu disendi kakimu sendiri
Kearifan nenek moyang sudah lebih dulu kami
dengar
Cukup jadi pagar menolak serakah kesejahtraanmu
Cukup jadi gerbang kebanggaan kami
Tanah dan air ini milik kami
Tanah dan air ini untuk anak cucu kami
Tanah dan air ini jiwa kami
Karena serakahmu,
Kau ambil tanah dan air kami
Kau rusakkan jiwa kami
Kini, kami bangkit melawanmu!
Tak suka kami dengan bau pesing di kepalamu
Pesing
Djogja, 23
Mei 2013
Alfred
Tuname
Komentar
Posting Komentar