Pilgub NTT: Pasar Gelap Demokrasi dan Utopia Kesejahteraan

Erotika demokrasi lokal dalam Pilgub NTT (Pilkada Gubernur Nusa Tenggara Timur) 2013  semakin menggeliat. Para pejuangnya (Goenawan Muhamad mendefenisikan politik sebagai perjuangan yang senantiasa memperbaiki demokrasi) hampir pasti sudah menemukan pasangannya masing-masing. Partai politik (parpol) pelan-pelan menyiapkan “ranjang” yang empuk untuk “syahwat” kekuasaan. Tidak tahu pasti apakah parpol itu secara “oportunis” mendekati para pejuang itu ataukah parpol berperan sebagai “pedagang” tulen; “it’s all about money”. Atau boleh jadi, sang pejuang memakai “ranjangnya” sendiri untuk mencapai “syahwat” kekuasaan itu. Terlepas dari semua itu, mari kita songsong momentum perubahan itu dengan optimisme bahwa NTT akan  lebih sejahtera.

 Dalam konteks kekinian NTT, pengkondisian kata sejahtera bisa berkenaan dengan standar-standar ekonomi: infrastruktur publik dan lapangan kerja yang memadai, pelayanan publik yang efisien, konsumsi yang menyuntik kreativitas, pertumbuhan ekonomi regional yang memacu investasi dan lain sebagainya. Sebagai propinsi dengan PDRB yang cukup (kalau bukan paling) rendah (dibandingan dengan provinsi di Indonesia lainnya), kesejahteraan adalah sebuah utopia. Kesejahteraan seakan masih menjadi mimpi yang belum menjadi “daging” dalam realitas mayoritas orang NTT.

Jika demokrasi adalah “mesin” untuk memformulasi utopia menjadi “daging” kesejahteraan, maka pilgub NTT 2013 dapat menjadi Event  yang politis untuk menjalankan  “mesin”. Event (“kejadian”) di sini adalah Event  dalam pemikiran Filsuf Prancis,  Alain Badiou, yaitu politik yang lahir dari peristiwa-peritiwa besar (dalam hal ini Pilgub NTT 2013). Event itu menjadi “Yang Politis” (Le Politique) dimana setiap subyek (manusia NTT) bergerak dalam kolektivitas (demos) dan atas kesadarannya menentukan sendiri kualitas-kualitas terbaik bagi NTT.  Di sini, masyarakat NTT sebagai subyek kekuasaan mendapati kembali “sense of power”-nya. Kristin Ross (2010), dalam pembacaanya tentang Le Maître Ignorant karya Jacques Rancière, menjelaskan bahwa sense of power adalah “the capacity of ordinary people to discover modes of action for realizing common concerns”.

Akan tetapi, keluhuran atas kualitas (yang menjadi common concerns) akan ternista jika masyarakat NTT itu sendiri senang menapaki “pasar gelap” demokrasi. Di sana, segala bentuk kecurangan dan muslihat akan terpajang merayu pada etalase-etalse politik. Money politics, sentimen primordial-SARA (suku, agma, ras dan golongan), “black campaign”, clientism dan lain-lain adalah “barang-barang dagangan” politik yang justru memperpanjang penantian akan kesejahteraan.  Bersamaan dengan itu pula, sebenarnya, kualitas kehidupan yang lebih baik (bonum commune) telah dirampok oleh sekelompok elit politik (penguasa) sebab, dalam bahasa Latin, nihil praedae in publicum  (tidak ada perampokan secara terang-terangan).

“Pasar gelap” demokrasi semarak digelar bukan tanpa alasan (non sine causa). Alasan paling dominan adalah memelihara (eksklusivitas) kesejahteraan para elit dan menggapai/memperpanjang “syahwat” kekuasaan optimum. penguasaan yang lahir dari gemerlap “pasar gelap” demokrasi akan menjadi leviathan atau bahkah (dalam bahasa psikoanalisis) terfiksasi dan terjebak prolonged infantilisme. Inilah pemimpin yang koruptif, totaliter, imun terhadap kritik, nihil sense of crisis, gemar plesir, doyan publisitas (pencitraan, narsisme politik) dan lain-lain. Pemimpin yang mengidap prolonged infantilisme sudah pasti akan mengkerdilkan semangat bonum commune  dan memperlambat realisasi kesejahteraan.

Demokrasi dan kesejahteraan adalah sebuah identitas yang sudah tidak mungkin dibelah. Keduanya secara resiprokal saling mematangkan. Dalam demokrasi, setiap subyek mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengisap kesejateraan yang menubuh. Dengan kesejahteraan, orang dapat lebih mudah berpartisipasi dalam setiap proyek emansipatoris. Oleh sebab itu, satu-satunya jalan menuju kesejahteraan di NTT adalah menggotong demokrasi ke “ruang yang terang”. “Ruang yang terang” itu adalah ruang publik di mana setiap subyek dapat berinteraksi secara bebas, rasional dan sadar untuk sebuah perubahan. Di sini, kekuatan subyek  bersama kolektivitas (demos), mengutip Ross, “is neither the power of the population nor its majority but rather the power of anybody”. Dalam “ruang yang terang”, demokrasi menjadi “the capacity to do things”; siapa pun punya kapasitas untuk berpartisipasi menelurkan keputusan-keputusan kolektif.

Event  politik, berpartisipasi dalam Pilgub NTT 2013, masih beberapa bulan lagi. Riak-riak politik setiap saat bagai palu meretakan bangunan integritas para calon kontestan Pilgub NTT 2013. Isu-isu (mungkin juga fakta) “miring dan “rapor merah” yang “tersirat” menjerat langkah maju para calon kontestan selalu menghiasi ruang publik. Di antaranya adalah korupsi, pro-kontra tambang, kemiskinan, tindakan kriminal, TKI ilegal, korosi moral pejabat publik, dan konflik tanah ulayat. Gejolak-gejolak seperti ini memang membuat “democracy is hard to imagine”, tetapi dalam konteks politik (La Politique; merebut kekuasaan) perlu dimaklumi.

Untuk sebuah alasan yang lebih luhur (iusta causa), marilah kita letakan semua isu (atau pun fakta) “miring” dan “rapor merah” yang membungkus wajah NTT sebagi bumbu demokrasi. Penyair Cicero pernah mengatakan “cibi condimentum est fames, potionis sitis (bumbu makanan yang sesungguhnya adalah rasa lapar, sedangkan (bumbu) minuman adalah rasa haus). Sama halnya dengan rasa lapar/haus, segala bentuk negativitas di NTT hendaknya menjadi pemicu utama atau “bumbu yang paling sedap” kerinduan akan “ruang terang” demokrasi  dan kesejahteraan yang menubuh dalam diri orang-orang NTT. Optimisme ini dapat terwujud dengan cara mengakitifkan politik itu sendiri: politik yang berselancar dalam kemungkinan yang tidak mungkin. Atau mengutip Filsuf Alain Badiou, “politics is the art of attacking the impossible”. Bahwa ketakmungkinan ini harus menjadi mungkin di bumi Flobamora: Setiap pekerja wajib mendapat upah, setiap kriminal wajib dihukum!

Djogja, 10 Oktober 2012
 Alfred Tuname


Komentar

  1. I must thank you foг the efforts you haνe put in writing thiѕ blog.
    I геally hoρe to сheck out thе same hіgh-grade
    contеnt from уou later on aѕ well. In tгuth, your creаtіve writing abilities
    has inspіred me to get my very own website nοω ;
    )

    My site ... photojournal.organicdimsum.com
    Feel free to surf my blog -

    BalasHapus
  2. Thiѕ webѕіte rеally has all the information I wanted about this subjеct anԁ didn't know who to ask.

    Also visit my website - pikavippi
    Look at my site - pikavippi

    BalasHapus
  3. My relatives all the time say that I am wasting my time here at net, except I know I am getting
    know-how daily by reading thes fastidious articles.



    Here is my blog post: social media marketing services

    BalasHapus
  4. This article will help the internet visitors for creating
    new website or even a blog from start to
    end.

    Here is my web-site ... online options trading
    my site :: http://signaux.zulutrade.com

    BalasHapus
  5. Its not my first time to visit this website, i am browsing this website dailly and obtain fastidious data from
    here every day.

    Here is my web page :: get followers

    BalasHapus

Posting Komentar