Malam ini waktu sedang memahat kisah kita. Kebersamaan sudah dan sedang kita hirup kembali bersama nafas yang tak hentinya member kita hidup. Kita pun hidup sebab kita mengada dalam kebersamaan. Bergandengan tangan kita isi dunia dengan keakraban, persahabatan. Dan kita menguliti keterbelahan dan keterasingan.
Kau sahabatku, ende-ema/ase-kae/weta agu nara. Ada mutiara cita-cita, tapi ada juga kalung budaya yang sedang melingkari hidup kita di kota ini. Ketika Djogja adalah natas baru kita, kita pun tak hendak lupakan lagi di mana ari-ari kita ditanamkan. Tanah indah itu, Manggarai.
Selamat natal kawan. Tahun baru sedang mulai kita pijakan. Jangan kita kenang lagi kemarin, sebab kenangan hanya untuk orang tua. Kelam yang lalu biarlah tenggelam bak pualan di atas air. Kita masih muda pertanda optimism. Dan malam ini, kita menulis kembali sembari memberi marka baru akan optimism itu. Itu karena kita ingin mengubah getir jadi cahaya, sepi jadi senyum dan tak ada lagi lamunan yang menindih keresahan. Kawan, kehidupan mengajari kita banyak hal bahwa kita bisa belajar dan berubah bahkan meskipun tampaknya tidak mungkin.
Mari sahabatku, kita bergandeng dan berdendang tentang indahnya malam kebersamaan ini. Jangan lagi tutup matamu yang membuatmu gelap. Jangan lagi kau bungkus ego-mu dalam tudung kesendirian. Gandeng tanganku, beri senyummu hingga malam terasa manis di bawah bumbu pijar lampu kecil. Esok kita tak pernah tahu. Tapi kala pagi mulai gelitik, yakinlah cahaya abadi memenuhi ruang mimpi kita dan membajiri cinta pada jiwa kita. Oh ya, teguklah sedikit embun kebersamaan malam ini biar kita bisa melangkah mengejar mimpi dan cita sembari berserah pada Sang Empunya waktu.
Djogja, 07 Januari 2012
Alfred Tuname
Komentar
Posting Komentar