Petang
itu tak hilang dalam kembara. Meski ia pun tak selamanya kembali. Langit sudah
membasuhnya seraya merangkulnya. Tamasya bilabial mereka di sudut berlumut. Tetapi
tak selamanya ia pergi. Tapak-tapak jejak lekat atas kertas. Sepotong bunga
sandi bertangkai tumbuh di atasnya; peta langkah pada ruang yang di nanti.
Inkubasi
rasa pecah di antara tukar kawin pikiran. Harum damar dan kafein mekar di
antara sublim soneta. Mungkin itu adalah gugus awan emas pelukis sketsa petang
setelah nebula mengendap. Sketsa itu tampak blur fatamorganik. Lengkung cakram langit
masing-masing mencengkram. Hanya terasa cubitan butir-butir pasir yang
bertebangan di antara badai. Tapi, kisah pun tak pernah menjadi angin.
Djogja,
16 September 2011
Alfred
Tuname
Komentar
Posting Komentar