Kasih Yang Tergayung

  :pks
Lantas apa yang kita cari? Senyum mengintai rindu. Hari mengisahkan keheningan kasih yang berkubang pada indahnya kebahagiaan. Adalah senyum sebagai prasasti yang melekat pada kumparan benak. Parit-parit nestapa dan luka runtuh dan jatuh merata. Terendap hilang terurai malam.

Ya, begitulah kita yang menghabiskan putaran aksara waktu bersama. Suasana terhirup ke dalam ruang-ruang hati. Keengganan terlepas di bintik-bintik lidah. Meski berbeda, kesatuan rasa tetap menggumpal dan berpilin bersama waktu. Ketakberhinggaan waktu menunggu di ujung sana.

Jemarimu dan jemariku lekat teranyam. Asal saja tak kau lepas, aku akan tetap mendengar degup dan detak dekat jatungmu. Aku masih di situ, di dekat hatimu. Kemarilah. Beri aku cahaya dari benderang kemilau matamu. Hingga senyummu membaca kata-kata yang terpecah pada tubuhku. Bukan gambar tapi untaian kesukaan tersulam mesra.

Aha, kau sudah di sini. Tak usah lagi mengurai jeda rasa. Sejajarkan saja gelora rindu di atas gelanggang kemesraan hari. Mentari yang sama membasuh basah wajah di pagi terjaga. Hanya telapak tanganmu yang mau kuremas menuju keheningan petang. Petang itu hadir di suatu kemungkinan yang belum tentu hadirkan kemungkinan. Kepastian hanya mungkin saat ini kau memandangku.

Djogja, 15 Agustus 2011
Alfred Tuname

Komentar