Senseo filistinem esse delendam
By Alfred Yohanes Tuname
2006
(sebuah naskah dramatisasi kisah Saul dan Daud
berdasarkan Perjanjian Lama)
Prolog:…
Scene I:
Setelah menjadi raja atas bangsa Israel, Saul mulai melaksanakan ekspansi akbar untuk membumiratakan bangsa-bangsa yang dianggap sebagai exist of devil di berbagai belahan dunia. Musuhnya adalah Moab, Bani Amon, Edom, Zoab dan Filistin. Musuhnya menjadi gementar ketika Saul mengangkat pedangnya dan ketika mendengar gelegar suaranya. Saul adalah pahlawan dan orang yang gagah perkasa bagi Israel pada masa itu.
Adapun samuel, orang yang berkenan kepada Allah pada saat itu.
Saul : ya Tuhanku, ya Allahku…. Terima kasih atas rahmatmu yang Kau
anugerahkan kepadaku. Semua bangsa yang menentangMu dan
hambaMu Israel, sudah kuratakan sehingga mereka bertekuk lutut
dan memuji namaMu.
Aku….
Samuel : selamat siang tuanku
Saul : ya… selamat siang Samuel. Dominus tecum. Ada apa gerangan?
Samuel : tuanku, aku sangat bangga punya raja yang kokoh bagai benteng
yang berdiri tegak dan geram melihat musuh-musuh yang datang
menghampirinya. Ketahuilah, aku diutus Allah untuk mengurapi
engkau sebagai rasa bangsa Israel dengan mahkota kebenaran dan
keadilan. Oleh sebab itu turutilah perintah Allah…
Saul : ya, katakanlah. Aku mendengarkannya
Samuel : pergilan dan tumpaslah bangsa Amalek sebab mereka telah
menghalang-halangi bangsa Israel ketika keluar dari Mesir.
Saul : Tuhan, sesungguhnya aku ini adalah hambaMu yang akan selalu
melaksanakan semua titahMu.
Raja Saul mengumpulkan semua bala tentara Israel, membentuk mereka dalam barisan perai yang kokoh. Barisan itu melintasi gunung batu dan sinar terik mengantarkan mereka ke medan pertempuran. Mereka bagaikan kawanan serigala yang haus dan lapar mengejar mangsa dengan hasrat. Mangsa itu pun dimusnahkan. Bangsa Amalek rebah dan betekuk lutut di hadapan raja Saul. Raja Saul pun membimbing bala tentaranya kembali ke “liang”nya dengan sorak-sorai dalam panji-panji kemenangan.
Di atas singgasananya yang megah Saul mengucapkan puji syukur.
Saul : …Tuhan, Engkau telah menuntun tanganku dan kini akutelah duduk
kembali di singgasana ini. Aku bersyukur kepadaMU.
(tiba-tiba pengawal masuk …)
Pangawal : tuanku raja, Samuel iangin bertemu dengan raja.
Saul : suruh dia masuk
…
…….
……………..
Samuel : tuanku raja Saul. Ketika mentari terbit, ia selalu tersenyum dan
bahagia. Tuan tahu mengapa mentari selalu tersenyum dan bahagia?
Saul : ya… tentu saja. Ia selalu ikhlas memberikan berkat sinarnya kepada
bumi walaupun bumi lupa akan keberadaannya.
Samuel : jawaban yang sempurna, tunaku. Benedicamus Domino…Deo gratias.
Sebab Dia kah yang empunya langit. Tapi, ketahuilah tuanku, mentari itu hanya bersinar di pagi hari. Ketika siang tiba, matahari itu redup pudar dan kian lenyap. Obscuratus est sol et aer. Matahari dan angkasa manjadi gelap. Ia melihat satu orang di bumi mengkhinatinya, yang lupa hidupnya atas berkat matahari.
Saul : oh ya….?? Sungguh bodoh orang itu!!
Samuel : benar tuanku. Orang itu adalah Anda!
Saul : …….apa?*&^%%$#@ (nada marah)
Samuel : ketika engkau mendengar titah Tuhan, engkau berkata: “ya,
Tuhanku dan Allahku”. Kata yang menjadi pacta sunt servanda.Tetapi engkau tidak melaksanakan dengan baik. Allah menyuruh untuk menumpas bangsa Amalek, laki-laki-perempuan, tua-muda dan semua binatang peliharaanya. Sedangkan engkau dan bala tentaramu membajak semua harta dan binatang peliharaanya…
Saul : tidak.. tidak Samuel. Aku merampas domba dan lembu yang terbaik
untuk dijadikan korban bakaran kepada Allah.
Samuel : Saul…Saul…Saul…dengarkanlah!! Apakah Tuhan itu berkenan
kepada korban bakaran dan korban sembelihan lebih dari kamu mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan itu lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan itu lebih baik daripada lemak domba-domba jantan.
Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka ia menolak engkau sebagai raja.
Saul : tidak! Tidak! Jika demikian adanya, mea culpa! Aku mengaku telah
berdosa, ampunilah aku! Jangan tinggalkan aku, aku merasa seperi di negeri yang asing. Langkahku goyah, pijakanku tak berdaya menopang badanku. Haruskah kenikmatan dan kehormatanku tertumpah di atas darah kotor. Malam panjang yang sunyi tergulung bersama bola-bola salju hatiku yang beku…
Eli, Eli,… lama sabactani!!
Saul pun kehilangan kursinya sebagai raja yang diberkati Tuhan. Bangsa Israel mengurungkan rasa hormat mereka kepada Saul. Keserakahan Saul adalah awal kejatuhanya. Inilah titik dimulainya hasrat kebencian.
Samuel pergi ke Rama. Sampai hari kematiannya, Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi ia berdukacita karena Saul.
Scene II
Setelah Tuhan tidak lagi memberkati Saul sebagai raja atas Israel, Ia menyuruh Samuel untuk mencari seorang raja baru yang diberkati Tuhan. Sesuai dengan perintah Tuhan, Samuel pun pergi ke Betlehem. Di sana terdapat keluarga Isai. Keluarga ini sangat diberkati Tuhan. Dalam keluarga ini, ada seorang yang diberkakti Tuhan sebagai raja Israel. Orang itu bernama Daud
Suatu hari, Saul membutuhkan seorang hamba yang pandai bermain kecapi. Sebab kepandaiannya memainkan kecapi, Daud pun diperkenalkan kepada raja oleh seorang hamba. Daud diterima dan tinggal di istana bersama Saul. Saul sangat suka kepada Daud.
Suatu ketika, saat malam tiba, terdengar suara orang-orang Filistn yang kian detik kian dekat. Suara itu semakin jelas terdengar; maju!!!! Serang!!!! Merdeka atau mati!!!
Terompet perang dikumandangkan. Bellum omnes contra omnes. Suara itu membangunkan bangsa Israel di malam gelap ketiadaan pemimpin…
Pengawal : tuanku, Saul. …bangsa Filistin sudah semakin dekat. Mereka
membawa puluhan ribu tentara. Apa yang akan kita perbuat? Apakah kita harus menunggu dan mati oleh kejamnya pedang Filistin?
Saul : senseo Filistinem esse delendam!! Siapkan semua pasukan. Kita tidak
boleh mati. Bangsa ini harus melahirkan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai dari ibu bangsa Israel.
Pengawal : siap, tuanku!!
Adapun pemimpin bangsa filistin adalah Goliath. Goliath adalah sosok yang sangat menakutkan dan ancaman bagi bangsa Israel. Tingginya tiga meter dengan mahkota baja di kepalanya dan tombak di tangannya. Tentara Israel takut dan gentar terhadapnya. Namun, Daud tidak gentar. ia pun angkat bicara dan berani menentang Goliath dan bangsa Filistin.
Daud : tuanku Saul. Izinkanlah hamba untuk menjadi penentang Goliath. Aku
percaya pada diriku sebab Tuhan ada di pihakku. Percayalah, Goliath hanya memiliki pedang yang tajam dan perisai yang kuat tetapi otaknya tumpul.
Saul : oh ya? Baiklah hambaku yang berani. Aku percaya kepadamu sebab Tuhan memegang tanganmu. Seorang pemimpin harus otak yang cerdas dan licik seperti ular.
Daud : terima kasih, tuanku Saul. Aku selalu berjalan di sisi Tuhan. Tuhan
menuntunku waktu aku berjalan, membangunkanku waktu aku terjatuh dan melindungiku saat aku di hadapan musuhku.
Lalu beraraklah Daud dan bala tentara Israel ke arah orang-orang Filistin pimpinan Goliath.
Goliath : hei… kalian orang-orang bodoh dan lemah, dimana pemimpin kalia?
Aku sudah rindu untuk bertemu dengan kalian. Lihatlah ke atas! Burung-burung nazar sudah tak sabar mencicipi daging dan tulangmu.
Daud : O Domine, salva me ab orae leonis. Tuhan, selamatkan aku dari mulut
singa. Akulah Daud, pemimpin pasukan.
Goliath : haaa……….ha….. selera humor bangsamu sangar tinggi. Apakah
engkau ingin mengalahkan musuhmu dengan rasa humormu? Haa…….ha……anjingkah aku hingga engkau datang membawa tongkat? Heeiii, Daud, bolehkah aku meminjam tongkatmu? Telingaku terasa gatal sekali…. Haa haaa…..
Daud : wahai engkau yang sombong, apakah dengan membawa pedang,
tombak dan lembing, engkau telah perkasa? Tidak!!! Engkau akan mati, orang fasik dan kafir. Tulangmu akan kuremukan dan dagingmu akan dimangsa ulat. Bersiaplah, gerbang neraka sudah terbuka dan penghuninya sedang berpesta menyambutmu. Dalam nama Tuhan, engkau akan mati. Adiutorium nostrum in nomine Domini…qui fecit coelum et terram. Penolong kami atas nama Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi.
Goliath : apa? Domimus? Tuhan? Dominus non est. got is tot. Tuhan tidak ada.
Ia sudah mati. Panggil Tuhanmu dan sekarang … bunuhlah aku. Aku sangat suka pesrta ini, tapi sekarang aku sudah kenyang… kenyang oleh suguhan humor-humormu. Dan ketahuilah, aku yang akan mengantarmu ke pesta para penghuni neraka. Ketika engkau maju selangkah.. berarti engkau baru saja menandatangani undangan pesta para penghuni neraka… hahhhh haa…
Daud : aku berkata kepadamu, mati dalam perjuangan adalah lebih mulia
daripada hidup dalam penindasan. Bangsaku tidak akan mati sebagai perampok. Kematian adalah satu-satu penyelamat bagi mereka dan penderitaan adalah tanah air mereka.
Dalam ketertawaan dan keangkuhan Goliath, tiba-tiba sebilah batu melekat di kepalanya. Goliath terhenyak, gementar dan tersungkur. Darah segar dan kotor campur menjadi satu menglir deras dari kepalanya. Ribuan tentara filistin menjadi saksi jatuhnya kerapuhan dan keangkuhan Goliath. Tuhan telah meraja. Tentara Filistin pun tercerai berai, mati dan kalah dalam pertempuran itu. Dan Daud semakin diberkati Tuhan dan dikasihi oleh bangsa Israel. Bangsa Israel memuji Tuhan dan bersorak kepada Daud: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa”.
Semakin hari, Saul diselimuti oleh rasa iri dan dengki. Hatinya bagai disayat belati. Jiwanya tidak tenang. Jiwanya menjadi medan laga, rasio dan penilaian menggelar pertemuan dengan nafsu dan kerakusan. Inilah yang menjadi layar yang membawa Saul ke lautan kebencian dan pembunuhan. Saul bersiasat membunuh Daud.
Adapun Mikhal, salah seorang anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada kesatrian dan keelokan Daud.
Mikhail : …yah, ayah, (dengan suara manja dan malu-malu) aku jatuh cinta sama
Daud, ‘yah. Aku mau menjadi istrinya. Ayah setuju,kan?
Mendengar itu, Saul marah dan kaget. Ketika dipikir-pikir, inilah kesempatan baginya untuk memakai putrinya untuk membunuh Daud.
Saul : apa?? Aku tak mengerti?
Mikhail : iiihhhh ayah…. Ikha ingin nikah dengan Daud.
Saul : apa? Nikah??
Mikhail : he’e!!
Dalam beberapa bentangan pikirannya, Saul pun setuju putrinya menikah dengan Daud. Dan ia pun berkata seolah-olah bijak…
Saul : ‘nak, hidup tanpa cinta ibarat pohon tanpa bunga. Cinta tanpa
keindahan ibarat bunga tanpa keharuman. Hidup, cinta dan keelokan adalah kofeemix. Tiga di dalam satu namun bebas tak terikat. Mengertikan maksud ayah??
Mikhail : iya…iya…
Saul : Ikha, februari kemarin adalah ulang tahunmu. Engkau telah
tumbuh sebagai wanita dewasa yang manis dan religius. Ayah cemas jika sampai saat ini engkau belum memiliki seorang pemuda yang setia mengisi ahri-harimu dalam suka maupun duka..
Makhail : ya, ayah!!?? Sudah ‘yah!! Ia sudah menemani Ikha. Hari-hari kami
sudah melewati waktu bersama dengn cin…
Saul : ya..ya..ya.. ayah ngerti! Itu pertanda baik. Ayah hanya mau bilang,
ketika cinta memanggilmu ikutilah dengannya meskipun jalan terjal harus kau lalui. Ketika sayap-sayapnya merengkuhmu, serahkan dirimu kepadanya meskipun pedang di balik sayap-sayap itu siap melukaimu.
Beberapa waktu kemudian, Daud dipanggil untuk membicarakan perihal hubungan mereka…
Pengawal : tuanku, Daud sudah tiba.
Saul : suruh dia masuk.
Daud : apakah tuah memanggila saya?
Saul : ya, benar! Ada hal penting yang harus kita bicarakan. Begini: akhir-
akhir ini, suasana istana diliputi oleh suara riuh gaduh burung-burung nazar dan phoenix. Suara itu membawa suara istana menjadi kacau dan penuh dengki. Namun saat itu pulalah lahir bunga-bunga harum yang kian mekar mewarnai hari-hari anak-anak istana untuk mendendangkan lagu-lagu cinta..
Daud : maaf tuan. Saya belum mengerti.
Saul : katakan dengan jujur, bagaimana hubunganmu dengan putriku??
Daud :……..?????
Saul : jawab yang tegas!!
Daud : ti..(**&^%%$#@ dak, tuanku…
Saul : apaaaa…??? Tidak ada hubungan??? Non sense!! Omong kosong apa
ini??(nada keras lalu menyapa dengan suara reda). Begini anakku. Aku sudah tahu hubungan kalian. Kalian saling mencintai. Mengapa harus malu mengatakan itu. Aku pun merestui hubungan kalian. Cintailah dia. Jagalah dia. Ia adalah tulang dari tulangmu dan daging dari dagingmu.
Daud : terima kasih, tuanku.
Saul : ya… tapi dengan satu syarat. Engkau harus membawa kulit khatan
orang Filistin sebagai balasan terhadap musuh kerajaan!!!
Daud : siap tuan. Permintaanmu adalah perintah bagiku.
Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud kepada orang Filistin. Namun, maksud busuk Saul tersebut tidak berhasil. Tuhan selalu memberkati Daud. Dan Daud berhasil membawa semua yang diminta Saul. Melihat itu, rasa benci semakin berakar dan membara di hati Saul. Ia ingin membunuh Daud namun tidak berhasil. Cinta Tuhan lebih kuat daripada maut dan kebencian. Amor est magis cognitivus quam cognitio. Cinta lebih bijak dari kebijakan itu sendiri.
Demikian selanjutnya, kehidupan Daud selalu diberkati Tuhan. Ia selalu berjalan dalam kasih Tuhan. Ia luput dari setiap peristiwa yang mengancam kehidupannya. Ia mengembawa dari satu wilayah ke wilayah yang lain berperang melawan musuh-musuh. Daud pun diangkat sebagai raja atas Yehuda.
Lalu datanglah orang Israel di Hebron. Mereka meminta Daud sebagai raja atas suku Israel dan diurapi sebagai raja.
Suku Israel : tuanku, could you be my brother? Sebab sesunguhnya kita adalah
saudara. Ketahuilah, kami adalah darah dagingmu. Tuhan telah berfirman kepadamu: “engkau yang harus mengembalakan umatKu, Israel dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel”.
Daud : wahai bangsa Israel, I’m yours! Aku akan menjadi raja atas Israel
dalam mahkota kebenaran dan berpedangkan keadilan. Credo in unum Deum. Aku percaya akan satu Tuhan. Tuhan telah menciptakanku. Jiwa yang bersayap untuk terbang megarungi cakrawala hidup oleh cinta dan keelokan, oleh kebebasan dan pikiran. Betapa sedihnya memotong sayap itu dengan tanganku sendiri dan menyiksa jiwaku seperti kutu yang merayap di atas bumi, yang takut akan tanggung jawab.
Daud berumur tiga puluh tahun, pada saat itu ia menjadi raja. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah. Di Hebron, ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun atas seluruh Israel dan Yehuda.
Epilog:
Setiap orang berperan penting dalam membentuk sejarah kehidupan dunia, apapun perannya. Pertanyaannya adalah mau menciptakan sejarah atau terlindas oleh sejarah itu sendiri? Daud ada dalam sejarah itu. Dalam cinta, kebenaran dan setia kepada Tuhan, ia melakon cerita, membuat sejarah. Dia adalah mawar yang selalu mekar dalam jiwa kita. Jika ada sekuntum mawar, maka ada sekuntum bunga (si est rosa, es flos), ia akan selalu harum walau namanya tidak ada lagi. This tale live forever in our hearts, forever heard. Let its memory be our conscience.
sekian
By Alfred Yohanes Tuname
2006
(sebuah naskah dramatisasi kisah Saul dan Daud
berdasarkan Perjanjian Lama)
Prolog:…
Scene I:
Setelah menjadi raja atas bangsa Israel, Saul mulai melaksanakan ekspansi akbar untuk membumiratakan bangsa-bangsa yang dianggap sebagai exist of devil di berbagai belahan dunia. Musuhnya adalah Moab, Bani Amon, Edom, Zoab dan Filistin. Musuhnya menjadi gementar ketika Saul mengangkat pedangnya dan ketika mendengar gelegar suaranya. Saul adalah pahlawan dan orang yang gagah perkasa bagi Israel pada masa itu.
Adapun samuel, orang yang berkenan kepada Allah pada saat itu.
Saul : ya Tuhanku, ya Allahku…. Terima kasih atas rahmatmu yang Kau
anugerahkan kepadaku. Semua bangsa yang menentangMu dan
hambaMu Israel, sudah kuratakan sehingga mereka bertekuk lutut
dan memuji namaMu.
Aku….
Samuel : selamat siang tuanku
Saul : ya… selamat siang Samuel. Dominus tecum. Ada apa gerangan?
Samuel : tuanku, aku sangat bangga punya raja yang kokoh bagai benteng
yang berdiri tegak dan geram melihat musuh-musuh yang datang
menghampirinya. Ketahuilah, aku diutus Allah untuk mengurapi
engkau sebagai rasa bangsa Israel dengan mahkota kebenaran dan
keadilan. Oleh sebab itu turutilah perintah Allah…
Saul : ya, katakanlah. Aku mendengarkannya
Samuel : pergilan dan tumpaslah bangsa Amalek sebab mereka telah
menghalang-halangi bangsa Israel ketika keluar dari Mesir.
Saul : Tuhan, sesungguhnya aku ini adalah hambaMu yang akan selalu
melaksanakan semua titahMu.
Raja Saul mengumpulkan semua bala tentara Israel, membentuk mereka dalam barisan perai yang kokoh. Barisan itu melintasi gunung batu dan sinar terik mengantarkan mereka ke medan pertempuran. Mereka bagaikan kawanan serigala yang haus dan lapar mengejar mangsa dengan hasrat. Mangsa itu pun dimusnahkan. Bangsa Amalek rebah dan betekuk lutut di hadapan raja Saul. Raja Saul pun membimbing bala tentaranya kembali ke “liang”nya dengan sorak-sorai dalam panji-panji kemenangan.
Di atas singgasananya yang megah Saul mengucapkan puji syukur.
Saul : …Tuhan, Engkau telah menuntun tanganku dan kini akutelah duduk
kembali di singgasana ini. Aku bersyukur kepadaMU.
(tiba-tiba pengawal masuk …)
Pangawal : tuanku raja, Samuel iangin bertemu dengan raja.
Saul : suruh dia masuk
…
…….
……………..
Samuel : tuanku raja Saul. Ketika mentari terbit, ia selalu tersenyum dan
bahagia. Tuan tahu mengapa mentari selalu tersenyum dan bahagia?
Saul : ya… tentu saja. Ia selalu ikhlas memberikan berkat sinarnya kepada
bumi walaupun bumi lupa akan keberadaannya.
Samuel : jawaban yang sempurna, tunaku. Benedicamus Domino…Deo gratias.
Sebab Dia kah yang empunya langit. Tapi, ketahuilah tuanku, mentari itu hanya bersinar di pagi hari. Ketika siang tiba, matahari itu redup pudar dan kian lenyap. Obscuratus est sol et aer. Matahari dan angkasa manjadi gelap. Ia melihat satu orang di bumi mengkhinatinya, yang lupa hidupnya atas berkat matahari.
Saul : oh ya….?? Sungguh bodoh orang itu!!
Samuel : benar tuanku. Orang itu adalah Anda!
Saul : …….apa?*&^%%$#@ (nada marah)
Samuel : ketika engkau mendengar titah Tuhan, engkau berkata: “ya,
Tuhanku dan Allahku”. Kata yang menjadi pacta sunt servanda.Tetapi engkau tidak melaksanakan dengan baik. Allah menyuruh untuk menumpas bangsa Amalek, laki-laki-perempuan, tua-muda dan semua binatang peliharaanya. Sedangkan engkau dan bala tentaramu membajak semua harta dan binatang peliharaanya…
Saul : tidak.. tidak Samuel. Aku merampas domba dan lembu yang terbaik
untuk dijadikan korban bakaran kepada Allah.
Samuel : Saul…Saul…Saul…dengarkanlah!! Apakah Tuhan itu berkenan
kepada korban bakaran dan korban sembelihan lebih dari kamu mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan itu lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan itu lebih baik daripada lemak domba-domba jantan.
Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka ia menolak engkau sebagai raja.
Saul : tidak! Tidak! Jika demikian adanya, mea culpa! Aku mengaku telah
berdosa, ampunilah aku! Jangan tinggalkan aku, aku merasa seperi di negeri yang asing. Langkahku goyah, pijakanku tak berdaya menopang badanku. Haruskah kenikmatan dan kehormatanku tertumpah di atas darah kotor. Malam panjang yang sunyi tergulung bersama bola-bola salju hatiku yang beku…
Eli, Eli,… lama sabactani!!
Saul pun kehilangan kursinya sebagai raja yang diberkati Tuhan. Bangsa Israel mengurungkan rasa hormat mereka kepada Saul. Keserakahan Saul adalah awal kejatuhanya. Inilah titik dimulainya hasrat kebencian.
Samuel pergi ke Rama. Sampai hari kematiannya, Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi ia berdukacita karena Saul.
Scene II
Setelah Tuhan tidak lagi memberkati Saul sebagai raja atas Israel, Ia menyuruh Samuel untuk mencari seorang raja baru yang diberkati Tuhan. Sesuai dengan perintah Tuhan, Samuel pun pergi ke Betlehem. Di sana terdapat keluarga Isai. Keluarga ini sangat diberkati Tuhan. Dalam keluarga ini, ada seorang yang diberkakti Tuhan sebagai raja Israel. Orang itu bernama Daud
Suatu hari, Saul membutuhkan seorang hamba yang pandai bermain kecapi. Sebab kepandaiannya memainkan kecapi, Daud pun diperkenalkan kepada raja oleh seorang hamba. Daud diterima dan tinggal di istana bersama Saul. Saul sangat suka kepada Daud.
Suatu ketika, saat malam tiba, terdengar suara orang-orang Filistn yang kian detik kian dekat. Suara itu semakin jelas terdengar; maju!!!! Serang!!!! Merdeka atau mati!!!
Terompet perang dikumandangkan. Bellum omnes contra omnes. Suara itu membangunkan bangsa Israel di malam gelap ketiadaan pemimpin…
Pengawal : tuanku, Saul. …bangsa Filistin sudah semakin dekat. Mereka
membawa puluhan ribu tentara. Apa yang akan kita perbuat? Apakah kita harus menunggu dan mati oleh kejamnya pedang Filistin?
Saul : senseo Filistinem esse delendam!! Siapkan semua pasukan. Kita tidak
boleh mati. Bangsa ini harus melahirkan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai dari ibu bangsa Israel.
Pengawal : siap, tuanku!!
Adapun pemimpin bangsa filistin adalah Goliath. Goliath adalah sosok yang sangat menakutkan dan ancaman bagi bangsa Israel. Tingginya tiga meter dengan mahkota baja di kepalanya dan tombak di tangannya. Tentara Israel takut dan gentar terhadapnya. Namun, Daud tidak gentar. ia pun angkat bicara dan berani menentang Goliath dan bangsa Filistin.
Daud : tuanku Saul. Izinkanlah hamba untuk menjadi penentang Goliath. Aku
percaya pada diriku sebab Tuhan ada di pihakku. Percayalah, Goliath hanya memiliki pedang yang tajam dan perisai yang kuat tetapi otaknya tumpul.
Saul : oh ya? Baiklah hambaku yang berani. Aku percaya kepadamu sebab Tuhan memegang tanganmu. Seorang pemimpin harus otak yang cerdas dan licik seperti ular.
Daud : terima kasih, tuanku Saul. Aku selalu berjalan di sisi Tuhan. Tuhan
menuntunku waktu aku berjalan, membangunkanku waktu aku terjatuh dan melindungiku saat aku di hadapan musuhku.
Lalu beraraklah Daud dan bala tentara Israel ke arah orang-orang Filistin pimpinan Goliath.
Goliath : hei… kalian orang-orang bodoh dan lemah, dimana pemimpin kalia?
Aku sudah rindu untuk bertemu dengan kalian. Lihatlah ke atas! Burung-burung nazar sudah tak sabar mencicipi daging dan tulangmu.
Daud : O Domine, salva me ab orae leonis. Tuhan, selamatkan aku dari mulut
singa. Akulah Daud, pemimpin pasukan.
Goliath : haaa……….ha….. selera humor bangsamu sangar tinggi. Apakah
engkau ingin mengalahkan musuhmu dengan rasa humormu? Haa…….ha……anjingkah aku hingga engkau datang membawa tongkat? Heeiii, Daud, bolehkah aku meminjam tongkatmu? Telingaku terasa gatal sekali…. Haa haaa…..
Daud : wahai engkau yang sombong, apakah dengan membawa pedang,
tombak dan lembing, engkau telah perkasa? Tidak!!! Engkau akan mati, orang fasik dan kafir. Tulangmu akan kuremukan dan dagingmu akan dimangsa ulat. Bersiaplah, gerbang neraka sudah terbuka dan penghuninya sedang berpesta menyambutmu. Dalam nama Tuhan, engkau akan mati. Adiutorium nostrum in nomine Domini…qui fecit coelum et terram. Penolong kami atas nama Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi.
Goliath : apa? Domimus? Tuhan? Dominus non est. got is tot. Tuhan tidak ada.
Ia sudah mati. Panggil Tuhanmu dan sekarang … bunuhlah aku. Aku sangat suka pesrta ini, tapi sekarang aku sudah kenyang… kenyang oleh suguhan humor-humormu. Dan ketahuilah, aku yang akan mengantarmu ke pesta para penghuni neraka. Ketika engkau maju selangkah.. berarti engkau baru saja menandatangani undangan pesta para penghuni neraka… hahhhh haa…
Daud : aku berkata kepadamu, mati dalam perjuangan adalah lebih mulia
daripada hidup dalam penindasan. Bangsaku tidak akan mati sebagai perampok. Kematian adalah satu-satu penyelamat bagi mereka dan penderitaan adalah tanah air mereka.
Dalam ketertawaan dan keangkuhan Goliath, tiba-tiba sebilah batu melekat di kepalanya. Goliath terhenyak, gementar dan tersungkur. Darah segar dan kotor campur menjadi satu menglir deras dari kepalanya. Ribuan tentara filistin menjadi saksi jatuhnya kerapuhan dan keangkuhan Goliath. Tuhan telah meraja. Tentara Filistin pun tercerai berai, mati dan kalah dalam pertempuran itu. Dan Daud semakin diberkati Tuhan dan dikasihi oleh bangsa Israel. Bangsa Israel memuji Tuhan dan bersorak kepada Daud: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa”.
Semakin hari, Saul diselimuti oleh rasa iri dan dengki. Hatinya bagai disayat belati. Jiwanya tidak tenang. Jiwanya menjadi medan laga, rasio dan penilaian menggelar pertemuan dengan nafsu dan kerakusan. Inilah yang menjadi layar yang membawa Saul ke lautan kebencian dan pembunuhan. Saul bersiasat membunuh Daud.
Adapun Mikhal, salah seorang anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada kesatrian dan keelokan Daud.
Mikhail : …yah, ayah, (dengan suara manja dan malu-malu) aku jatuh cinta sama
Daud, ‘yah. Aku mau menjadi istrinya. Ayah setuju,kan?
Mendengar itu, Saul marah dan kaget. Ketika dipikir-pikir, inilah kesempatan baginya untuk memakai putrinya untuk membunuh Daud.
Saul : apa?? Aku tak mengerti?
Mikhail : iiihhhh ayah…. Ikha ingin nikah dengan Daud.
Saul : apa? Nikah??
Mikhail : he’e!!
Dalam beberapa bentangan pikirannya, Saul pun setuju putrinya menikah dengan Daud. Dan ia pun berkata seolah-olah bijak…
Saul : ‘nak, hidup tanpa cinta ibarat pohon tanpa bunga. Cinta tanpa
keindahan ibarat bunga tanpa keharuman. Hidup, cinta dan keelokan adalah kofeemix. Tiga di dalam satu namun bebas tak terikat. Mengertikan maksud ayah??
Mikhail : iya…iya…
Saul : Ikha, februari kemarin adalah ulang tahunmu. Engkau telah
tumbuh sebagai wanita dewasa yang manis dan religius. Ayah cemas jika sampai saat ini engkau belum memiliki seorang pemuda yang setia mengisi ahri-harimu dalam suka maupun duka..
Makhail : ya, ayah!!?? Sudah ‘yah!! Ia sudah menemani Ikha. Hari-hari kami
sudah melewati waktu bersama dengn cin…
Saul : ya..ya..ya.. ayah ngerti! Itu pertanda baik. Ayah hanya mau bilang,
ketika cinta memanggilmu ikutilah dengannya meskipun jalan terjal harus kau lalui. Ketika sayap-sayapnya merengkuhmu, serahkan dirimu kepadanya meskipun pedang di balik sayap-sayap itu siap melukaimu.
Beberapa waktu kemudian, Daud dipanggil untuk membicarakan perihal hubungan mereka…
Pengawal : tuanku, Daud sudah tiba.
Saul : suruh dia masuk.
Daud : apakah tuah memanggila saya?
Saul : ya, benar! Ada hal penting yang harus kita bicarakan. Begini: akhir-
akhir ini, suasana istana diliputi oleh suara riuh gaduh burung-burung nazar dan phoenix. Suara itu membawa suara istana menjadi kacau dan penuh dengki. Namun saat itu pulalah lahir bunga-bunga harum yang kian mekar mewarnai hari-hari anak-anak istana untuk mendendangkan lagu-lagu cinta..
Daud : maaf tuan. Saya belum mengerti.
Saul : katakan dengan jujur, bagaimana hubunganmu dengan putriku??
Daud :……..?????
Saul : jawab yang tegas!!
Daud : ti..(**&^%%$#@ dak, tuanku…
Saul : apaaaa…??? Tidak ada hubungan??? Non sense!! Omong kosong apa
ini??(nada keras lalu menyapa dengan suara reda). Begini anakku. Aku sudah tahu hubungan kalian. Kalian saling mencintai. Mengapa harus malu mengatakan itu. Aku pun merestui hubungan kalian. Cintailah dia. Jagalah dia. Ia adalah tulang dari tulangmu dan daging dari dagingmu.
Daud : terima kasih, tuanku.
Saul : ya… tapi dengan satu syarat. Engkau harus membawa kulit khatan
orang Filistin sebagai balasan terhadap musuh kerajaan!!!
Daud : siap tuan. Permintaanmu adalah perintah bagiku.
Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud kepada orang Filistin. Namun, maksud busuk Saul tersebut tidak berhasil. Tuhan selalu memberkati Daud. Dan Daud berhasil membawa semua yang diminta Saul. Melihat itu, rasa benci semakin berakar dan membara di hati Saul. Ia ingin membunuh Daud namun tidak berhasil. Cinta Tuhan lebih kuat daripada maut dan kebencian. Amor est magis cognitivus quam cognitio. Cinta lebih bijak dari kebijakan itu sendiri.
Demikian selanjutnya, kehidupan Daud selalu diberkati Tuhan. Ia selalu berjalan dalam kasih Tuhan. Ia luput dari setiap peristiwa yang mengancam kehidupannya. Ia mengembawa dari satu wilayah ke wilayah yang lain berperang melawan musuh-musuh. Daud pun diangkat sebagai raja atas Yehuda.
Lalu datanglah orang Israel di Hebron. Mereka meminta Daud sebagai raja atas suku Israel dan diurapi sebagai raja.
Suku Israel : tuanku, could you be my brother? Sebab sesunguhnya kita adalah
saudara. Ketahuilah, kami adalah darah dagingmu. Tuhan telah berfirman kepadamu: “engkau yang harus mengembalakan umatKu, Israel dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel”.
Daud : wahai bangsa Israel, I’m yours! Aku akan menjadi raja atas Israel
dalam mahkota kebenaran dan berpedangkan keadilan. Credo in unum Deum. Aku percaya akan satu Tuhan. Tuhan telah menciptakanku. Jiwa yang bersayap untuk terbang megarungi cakrawala hidup oleh cinta dan keelokan, oleh kebebasan dan pikiran. Betapa sedihnya memotong sayap itu dengan tanganku sendiri dan menyiksa jiwaku seperti kutu yang merayap di atas bumi, yang takut akan tanggung jawab.
Daud berumur tiga puluh tahun, pada saat itu ia menjadi raja. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah. Di Hebron, ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun atas seluruh Israel dan Yehuda.
Epilog:
Setiap orang berperan penting dalam membentuk sejarah kehidupan dunia, apapun perannya. Pertanyaannya adalah mau menciptakan sejarah atau terlindas oleh sejarah itu sendiri? Daud ada dalam sejarah itu. Dalam cinta, kebenaran dan setia kepada Tuhan, ia melakon cerita, membuat sejarah. Dia adalah mawar yang selalu mekar dalam jiwa kita. Jika ada sekuntum mawar, maka ada sekuntum bunga (si est rosa, es flos), ia akan selalu harum walau namanya tidak ada lagi. This tale live forever in our hearts, forever heard. Let its memory be our conscience.
sekian
Komentar
Posting Komentar