"SATU UNTUK MANGGARAI"
1.PENDAHULUAN
kabupaten Manggarai adalah sebuah kabupaten yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam. Sebuah kabupaten yang sangat luas. Kemudian, kabupaten luas ini dimekarkan menjadi tiga kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Barat dan kabupaten Manggarai Timur. Masing-masing kabupaten tersebut, melalui kebijakan politis pemerintahan daerahnya, membangun kehidupan masyarakatnya kearah yang lebih baik. Masyarakat yang aman sejahtera.
Pemekaran kabupaten manggarai menjadi tiga kabupaten otonom merupakan pemisahan kabupaten Manggarai secara politis. Budaya Manggarai tidak mengalami keterbelahan. Kebudayaan orang Manggarai masih tetap sama. Oleh karenanya, kita masih tetap disapa kraeng, weta, nara, “ ata manggarai”.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana realitas kekinian yang terjadi pada mahasiswa Manggarai Yogyakarta? Pemekaran kabupaten Manggarai sedikitnya memberikan contagion effect pada realitas kehidupan Manggarai Yogyakarta. Pemekaran tersebut seakan menggoyahkan keseimbangan identitas ke-Manggaraian-an individu-individu mahasiswa Manggarai di Yogyakarta. Mereka seakan menjadi pribadi yang mengalami turbulensi. Pergaulan sesama mahasiswa Manggarai mengalami polarisasi. Terdapat kutup-kutup kelompok mahasiswa berdasarkan daerah asalnya, sekolah, paroki dan lain sebagainya. Pergaulan menjadi “petit primordial' dan tidak lagi egaliter di antara sesama ase-kae/lawa Manggarai pada umumnya. Hal ini setali tiga uang dengan serangkain kegiatan yang dihasilkan yang seakan eksklusif. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kelompoko-kelompok tersebut dapat menambah keakraban dalam kelompok tersebut. Satu hal yang menjadi ketakutan bersama dari realitas di atas adalah timbulnya bibit-bibit konflik yang terus meradang. Konflik menjadi bara dalam sekam atau time boom yang sooner or later siap menyala dan meledak. Bukankah perjalan sejarah bangsa kita lebih dahulu mengisahkan perpecahan mengakibatkan konflik dan kesusahan? Dan bukankah kesatuan adalah sesuatu yang indah? Mari kita belajar dari sejah. Penggalah kalimat Soekaro tersebut sangat urgen bagi realitas mahasiswa Manggarai saat ini. “wij studeren historie om wijs te worden van to voren”(kita mempelajari sejarah untuk menjadi lebih bijaksana terlebih dahulu), demikian kata maha guru Prof. Sir john Seeley seperti yang dikutip Soekarno dalam pidato lahirnya Pancasila, 1 juni 1945. untuk itulah kita perlu bersatu sebagai suatu keluarga yang lazim disapa ase kae/lawa Manggaarai. Seperti sebuah kalimat yang telah lama kita dengar, kita perlu “le desir d'etre ensemble”, kehendak untuk bersatu. Kalimat Ernest Renan. Kesatuan hati menjadi conditio sine qua non untuk keharmonisan kehidupan pergaulan mahasiswa Manggarai Yogyakarta. Dengan bersatu, kita juga dapat memiliki kekuatan untuk dapat berbuat sesuatu yang lebih besar dan bernilai bagi tana mbate dite, negeri congka sae, Manggarai tercinta. Union fait la vorce. Persatuan memberi kita kekuatan. Mari kita bersatu untuk Manggarai. Apakah itu tidak mungkin?kita bisa bersatu dan bersama. Jika ada yang berkata tidak mungkin, maka dengarlah penggalan kalimat yang ditawarkan seorang filsuf bersar Jacques Derrida, “ commencons par l'impossible” (marilah kita mencari dengan hal yang tidak mungkin). Untuk itulah Ikamaya direvitalisasi.
Ikamaya adalah kependekan dari IKATAN KELUARGA BESAR MANGGARAI YOGYAKARTA. Ikatan ini telah lama lapuk dan hampir saja tercabik-cabik dan putus. Ia seperti beruang yang lama lelap dalam dormansinya dan membiarkan anak-anaknya tercerai berai. Sekarang ia bangun dan siap mengayomi anak-anaknya. Ikamaya ada untuk mengakomodasi setiap kepentingan kelompok-kelompok kecil di kalangan mashasiswa Manggaarai Yogyakarta. Ikamaya menyerukan, mari bersatu untuk Manggarai dengan mengedepanakan sikap saling mendukung dan “mutua confidentia”, saling percaya. Ikamaya sangant membutuhkan dukungan ase kae semua. Dukungan Anda adalah bukti kepercayaa. Viva Manggarai!!!
1.PENDAHULUAN
kabupaten Manggarai adalah sebuah kabupaten yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam. Sebuah kabupaten yang sangat luas. Kemudian, kabupaten luas ini dimekarkan menjadi tiga kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Barat dan kabupaten Manggarai Timur. Masing-masing kabupaten tersebut, melalui kebijakan politis pemerintahan daerahnya, membangun kehidupan masyarakatnya kearah yang lebih baik. Masyarakat yang aman sejahtera.
Pemekaran kabupaten manggarai menjadi tiga kabupaten otonom merupakan pemisahan kabupaten Manggarai secara politis. Budaya Manggarai tidak mengalami keterbelahan. Kebudayaan orang Manggarai masih tetap sama. Oleh karenanya, kita masih tetap disapa kraeng, weta, nara, “ ata manggarai”.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana realitas kekinian yang terjadi pada mahasiswa Manggarai Yogyakarta? Pemekaran kabupaten Manggarai sedikitnya memberikan contagion effect pada realitas kehidupan Manggarai Yogyakarta. Pemekaran tersebut seakan menggoyahkan keseimbangan identitas ke-Manggaraian-an individu-individu mahasiswa Manggarai di Yogyakarta. Mereka seakan menjadi pribadi yang mengalami turbulensi. Pergaulan sesama mahasiswa Manggarai mengalami polarisasi. Terdapat kutup-kutup kelompok mahasiswa berdasarkan daerah asalnya, sekolah, paroki dan lain sebagainya. Pergaulan menjadi “petit primordial' dan tidak lagi egaliter di antara sesama ase-kae/lawa Manggarai pada umumnya. Hal ini setali tiga uang dengan serangkain kegiatan yang dihasilkan yang seakan eksklusif. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kelompoko-kelompok tersebut dapat menambah keakraban dalam kelompok tersebut. Satu hal yang menjadi ketakutan bersama dari realitas di atas adalah timbulnya bibit-bibit konflik yang terus meradang. Konflik menjadi bara dalam sekam atau time boom yang sooner or later siap menyala dan meledak. Bukankah perjalan sejarah bangsa kita lebih dahulu mengisahkan perpecahan mengakibatkan konflik dan kesusahan? Dan bukankah kesatuan adalah sesuatu yang indah? Mari kita belajar dari sejah. Penggalah kalimat Soekaro tersebut sangat urgen bagi realitas mahasiswa Manggarai saat ini. “wij studeren historie om wijs te worden van to voren”(kita mempelajari sejarah untuk menjadi lebih bijaksana terlebih dahulu), demikian kata maha guru Prof. Sir john Seeley seperti yang dikutip Soekarno dalam pidato lahirnya Pancasila, 1 juni 1945. untuk itulah kita perlu bersatu sebagai suatu keluarga yang lazim disapa ase kae/lawa Manggaarai. Seperti sebuah kalimat yang telah lama kita dengar, kita perlu “le desir d'etre ensemble”, kehendak untuk bersatu. Kalimat Ernest Renan. Kesatuan hati menjadi conditio sine qua non untuk keharmonisan kehidupan pergaulan mahasiswa Manggarai Yogyakarta. Dengan bersatu, kita juga dapat memiliki kekuatan untuk dapat berbuat sesuatu yang lebih besar dan bernilai bagi tana mbate dite, negeri congka sae, Manggarai tercinta. Union fait la vorce. Persatuan memberi kita kekuatan. Mari kita bersatu untuk Manggarai. Apakah itu tidak mungkin?kita bisa bersatu dan bersama. Jika ada yang berkata tidak mungkin, maka dengarlah penggalan kalimat yang ditawarkan seorang filsuf bersar Jacques Derrida, “ commencons par l'impossible” (marilah kita mencari dengan hal yang tidak mungkin). Untuk itulah Ikamaya direvitalisasi.
Ikamaya adalah kependekan dari IKATAN KELUARGA BESAR MANGGARAI YOGYAKARTA. Ikatan ini telah lama lapuk dan hampir saja tercabik-cabik dan putus. Ia seperti beruang yang lama lelap dalam dormansinya dan membiarkan anak-anaknya tercerai berai. Sekarang ia bangun dan siap mengayomi anak-anaknya. Ikamaya ada untuk mengakomodasi setiap kepentingan kelompok-kelompok kecil di kalangan mashasiswa Manggaarai Yogyakarta. Ikamaya menyerukan, mari bersatu untuk Manggarai dengan mengedepanakan sikap saling mendukung dan “mutua confidentia”, saling percaya. Ikamaya sangant membutuhkan dukungan ase kae semua. Dukungan Anda adalah bukti kepercayaa. Viva Manggarai!!!
Komentar
Posting Komentar