IKAMARSTA:PEMIMPINKU PEREMPUAN

the roses
in the rose garden
give color to the day
(The Roses, John Gracen Brow)

23 November 2008, hari Minggu adalah momen bersejarah bagi suatu organisasi yang bernama IKAMRSTA (Ikamatan Keluarga Besar Manggarai timur Yogyakarta). Di usianya yang baru seumur jagung, Ikamarsta mulai mempercantik diri. Ikamarsta berbenah, merombak struktur organisasinya.seorang pemimpin baru telah mengangkat kepalanya dari ketertundukannya yang lama. Ia berasal dari keturunan hawa. Seorang perempun seperti Barack Obama yang lantang berteriak “yes, we can!!”. “We” pada pekik tersebut menyiratkan ajakan kepada setiap anggota ikamarsta untuk maju bersama, gotong-royong, dalam bahasa Soekarno. Semua dalam satu pimpinan dan dalam kepemimpinan yang demokratis.


Taste of feminity semerbak menyeruak celebrasi demokrasi Ikamarsta pada hari Minggu itu. Seorang pejantan tangguh harus menunjukan taringnya bersma tiga perempuan lainya merebut posisi teratas dalam struktur Ikamarsta. Hampir saja terjadi woman womeni lupus. Dengan keanggotaan yang cukup memenuhi kuota, pemimpin Ikamarsta pun di selenggarakan. Prinsipnya one man one vote. Pemilihan itu berlangsung secara demokratis. “Democracy is the introduction of one opportunity in human activities.....”, demikian jelas Soekarno. Demokrasi memberi kesempatan apapun kepada setiap orang tanpa bias gender. Ikamarsta tahu siapa yang terbaik untuk eksistensinya. Pilihan itu jatuh pada seorang putri jelita, molas Manggarai, enu yang berasal dari Mano, IRA biasa dia disapa.

Seorang perempuan menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi adalah suatu hal yang baru dalam realitas keorganisasian mahasiswa Manggarai di Yogyakarta. Kalau boleh sedikit lancang, peristiwa ini bisa disebut fenomena. Fenomena yang mendobrak dan merubuhkan keangkuhan habitus “petit patrilineal” di kalangan mahasiswa.

Perempuan Manggarai ternyata mampu tampil di pentas publik. Dalam kasus ini, Ikamarsta berjasa dalam membangun kepemimpinan yang tidak bias gender. Ikamarsta memang sebuah organisasi kecil namun tidak diskriminatif. Ikamarsta memilih pemimpin tanpa membedakan status gender calon pemimpin. Perempuan yang dulu hanya mengurus dapur dan membuat kopi sekarang telah mampu memimpin. Ketua ikamarsta, IRA, boleh jadi adalah Srikandi bagi weta-weta Manggarai yang lain. Dengannya, mereka tidak lagi hanya penjadi “mesin pembuat kopi” bagi ata rona tetapi mampu duduk sama rendah bediri sama tinggi, bersuara, berdialog, berdinamika dalam setiap kesempatan beroraganisasi. Dengan demikian setiap keputusan (decision) adalah keputusan bersama yang bebas diskriminasi sebab telah dipertimbangkan dari sisi feminitas dan maskulinitas.

Akhirnya, kami anggora ikamarsta mengucapkan selamat dan profisiat bagi ketua Ikamarsta yang baru. Ini adalah kesempatan untuk berbuat sesuatu yang berarti untuk hidup. Ekspresikan “the willing to mean”. Bukankah “la vita e un opportujita, caglila!!” hidup adalah kesempatan, raihlah!!bekerjalah dengan baik. Jemputlah teman-teman, ase kae/ lawa, Manggarai Timur yang masih terlepas. Dalam kebersamaan kita mampu melewati semua perkara. Dengannya kita mampu berterian: yes, we can!! we will change!! Berkaryalah dengan senyum tanpa mengeluh dan engkau akan memberi warna nan indah pada ikamarsta dan Manggarai untuk hari ini dan esok. Ikamarsta yang jaya dan Manggarai Timur yang sejahtera adalah mimpi kita semua. Marilah kita membuatnya menjadi nyata. La vita e un sogno, fane una realta!!

jogjakarta, 25 november 2008

Komentar